Photobucket Photobucket
SEKILAS INFO : bagi para semeton yang memiliki artikel dan layak untuk diketahui oleh kita semua khususnya tentang kebhujanggaan mohon kiranya dapat di kirim lewat e-mail ke : ngurah7wirawan@yahoo.co.id untuk diposting pada blog ini. suksma.

Rabu, 28 Juli 2010

Jejak Perjalanan Ida Rsi Markandeya dan Ida Rsi Madura Di Tanah Lombok Dan Sekitarnya.

Setelah memastikan pulau Bali merupakan titik sinar yang beliau lihat pada waktu bersemedi di Gunung Raung Jawa. Maka untuk memastikan suatu saat nanti di masa depan pulau Bali akan tetap menjadi pulau yang suci, maka  Ida Maharsi Markandeya berusaha melindungi pulau Bali dengan cara memagari pulau Bali dengan sinar-sinar suci. Proses pemagaran pulau Bali ini terkait dengan penanaman panca datu di beberapa pulau yang mengelilingi pulau Bali. Tujuan dari penanaman panca datu di pulau-pulau yang mengelilingi pulau Bali ini adalah dengan tujuan jikalau suatu saat sinar kesucian pulau Bali mulai meredup akibat pola prilaku sekala-niskala dari penduduk Bali yang mulai tidak sesuai dengan kaidah Tri Kaya Parisudha dan Tri Hita Karana maka sinar-sinar suci dari pulau-pulau yang mengelilingi pulau Bali inilah yang akan memberikan sokongan energi supaya energi kesucian pulau Bali tetap terjaga. Singkat cerita, dalam tulisan ini penulis memfokuskan pada perjalanan Ida Maharsi Markandeya ke tanah Lombok dalam rangka menanam panca datu dan dalam rangka menandai titik-titik spiritual di tanah Lombok yang suatu saat akan menjadi sumber energi spiritual yang bukan hanya akan menjaga keseimbangan pulau Lombok dan sekitar akan tetapi juga akan menjadi cadangan energi spiritual untuk pulau Bali jikalau pulau Bali sudah mulai kotor. Jejak perjalanan Ida Maharsi Markandeya ditanah Lombok diawali lewat Nusa Penida. Setelah menandai titik-titik spiritual di Nusa Penida seperti Puncak Mundi, Puncak Tunjuk Pusuh, Puncak Tinggar, Dalem Ped, Giri Putri, Sekar Taji dll, Ida Maharsi Markandeya melanjutkan perjalanan beliau ke pulau Lombok. Di pulau Lombok ini beliau pertama kali beryoga semadi di puncak Gunung Sari (sekarang menjadi lokasi pura Gunung Sari, Lombok), disini Ida ditemani oleh putun Ida yang bernama Ratu Ayu Manik Tirta Mas. Kemudian setelah itu beliau beryoga semadi di puncak Baliku (sekarang menjadi lokasi pura Puncak Baliku), disini Ida ditemani oleh istri beliau yang bernama Ida Ratu Niang Sarining Suci. Setelah itu beliau lanjut menandai titik Gunung Pengsong. Di Gunung Pengsong beliau bertemu dengan seorang wanita cina yang jaman sekarang dikenal dengan Ida Ratu Niang Gunung Pengsong atau ditanah Bali dikenal dengan nama Ida Hyang Betari Dewi Anjani. Di Gunung Pengsong ini Ida Hyang Maharsi Markandeya melakukan kawin kesaktian dengan Ida Hyang Betari Dewi Anjani. Jadi selama bertapa di Gunung Pengsong ini Ida Maharsi Markandeya ditemani oleh Ida Hyang Betari Dewi Anjani. Tempat pertapaan beliau ini yang pada jaman sekarang ini menjadi cikal bakal Pura Puncak Gunung Pengsong. Taksu hasil kawin kesaktian dari Ida Maharsi Markandeya dan Ida Hyang Dewi Anjani di Gunung Pengsong ini merupakan taksu kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan. Setelah menyelasaikan proses pembangkitan sinar suci di Gunung Pengsong kemudian Ida Maharsi Markandeya ditemani dengan Ida Hyang Betari Dewi Anjani melanjutkan perjalanan ke Puncak Gunung Rinjani. Di Puncak Gunung Rinjani ini Ida Maharsi Markandeya mengumpulkan energi dari semua titik sinar suci di pulau Lombok yang suatu saat jika diperlukan akan dikirim ke pulau Bali untuk menjaga kesucian pulau Bali. Di puncak Gunung Rinjani ini Ida Hyang Maharsi Markandeya menunggalkan semua sinar kesucian yang beliau dapat di pulau Lombok. Akibat dari hasil penunggalan semua sinar suci pulau Lombok ini maka di Puncak Gunung Rinjani, Ida Betara Lingsir Maharsi Markandeya dikenal dengan Ida Hyang Lingsir Maharsi SUKMA JATI. Setelah Ida Maharsi Markandeya merasa cukup membangkitkan titik kesucian pulau Lombok, kemudian beliau berencana melanjutkan perjalanan meninggalkan pulau Lombok menuju Gunung Tambora. Untuk tetap menjaga kesucian pulau Lombok khususnya setelah ditinggalkan oleh beliau maka Tongkat Komando Penguasa pulau Lombok diserahkan kepada Ida Hyang Betari Dewi Anjani. Karena tugas yang maha berat ini kemudian Ida Maharsi Markandeya menunggalkan semua sinar suci yang telah dikumpulkan selama masa pertapaan Ida dan Hyang Dewi Anjani dari pertapaan di Gunung Pengsong sampai puncak Gunung Rinjani. Hasil penunggalan/pemurtian sinar suci ini kemudian menyebabkan Ida Hyang Betari Dewi Anjani bergelar IDA HYANG BETARI AMBUN JAGAT. Gelar ini mencerminkan bahwa Ida Hyang Betari Dewi Anjani adalah pengayom dan pelindung jagat Lombok dan sekitarnya. Sehingga sampai saat ini yang diyakini berstana dan merupakan betara lingsir puncak Gunung Rinjani Lombok adalah Ida Hyang Betari Dewi Anjani. Sepeninggal Ida Maharsi Markandeya, suatu saat ratusan tahun kemudian atas petunjuk spiritual yang diberikan oleh Ida Maharsi Markandeya, datanglah murid spiritual beliau yaitu Ida Hyang Mpu Siddhimantra bertapa di puncak Gunung Rinjani untuk melanjutkan tugas Ida Maharsi Markandeya. Jadi di atas puncak Gunung Rinjani secara garis besar terdapat tiga Ida Betara Lingsir yang menjadi pengayom dan penjaga kesucian Gunung Rinjani yaitu : Ida Hyang Lingsir Maharsi Sukma Jati yang merupakan penunggalan dari Ida Maharsi Markandeya, Ida Hyang Betari Lingsir Ambun Jagat yang merupakan penunggalan dari Ida Hyang Betari Dewi Anjani dan Ida Hyang Mpu Siddhimantra sebagai pelaksana teknis dari Gunung Rinjani. Setelah menyelesaikan penandaan dan pembangkitan sinar-sinar suci di pulau Lombok kemudian Ida Hyang Maharsi Markandeya berdasarkan petunjuk yang didapat di puncak Gunung Rinjani kemudian melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Tambora. Berdasarkan petunjuk yang didapat dari puncak Gunung Rinjani, meskipun Gunung Tambora tidak berbatasan langsung dengan pulau Bali, akan tetapi jika tidak ditandai dan dibangkitkan sinar sucinya maka Gunung tersebut suatu saat akan bisa menghancurkan pulau Bali, ini terbukti dengan terjadinya letusan paling dasyat di muka bumi ini yaitu pada tahun 1881 dimana efeknya ikut meluluhlantakan kehidupan di Bali. Singkat cerita Ida Maharsi Markandeya sampai ke puncak Gunung Tambora, disini beliau bertemu dengan seorang wanita yang nantinya akan menjadi istri beliau di puncak Gunung Tambora beliau bernama Ida Hyang Betari Ibu Dewi Wulan. Ida Hyang Betari Ibu Dewi Wulan sepeninggal Ida Maharsi Markandeya dari puncak Gunung Tambora, kelak kemudian hari juga dikenal dengan nama Ida Hyang Betari Bhujangga Suci. Atas tugas dari alam semesta untuk melindungi Gunung Tambora, sehingga ditempat ini Ida Maharsi Markandeya menanam pancer berupa manik-manik yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan Gunung Tambora. Atas tugas inilah alam semesta memberi gelar Ida Betara Lingsir Pancer Manik Tunggul kepada Ida Maharsi Markandeya sebagai Betara Lingsir Puncak Gunung Tambora. Sama seperti Ida Hyang Mpu Siddimantra yang dipanggil oleh Guru Niskala Ida yaitu Ida Hyang Maharsi Markandeya untuk melanjutkan menjaga kesucian puncak-puncak di tanah Lombok maka sama seperti halnya Ida Hyang Maharsi Madura. Ida Maharsi Madura dipanggil ratusan tahun berikutnya ke tanah Lombok untuk melanjutkan tugas Maharsi Markandeya untuk menjaga kesucian pulau Lombok. Akan tetapi, Ida Maharsi Madura dalam kapasitas sebagai Ida Rsi Dalem Segara, hanya ditugaskan untuk menjaga kesucian laut Lombok. Titik yang dipilih oleh Ida Rsi Madura dalam mendoakan dan menjaga kesucian laut-laut di pulau Lombok, pada jaman sekarang ini dikenal dengan PURA BATU BOLONG. Setelah jaman Ida Maharsi Markandeya, Ida Mpu Siddimantra dan Ida Maharsi Madura barulah ratusan berikutnya datang Ida Peranda Sakti Wawu Rauh atau yang nantinya di Lombok dikenal dengan Tuan Semeru. Ida Peranda Sakti tidak dapat napak puncak-puncak di Lombok, akan tetapi beliau napak di puncak Gunung Tambora. Disinilah beliau mendapat julukan Tuan Semeru. Mudah-mudahan dengan cerita di atas dapat membuka wawasan berpikir saudara-saudara di Bali akan jejak perjalanan para pendeta ditanah Lombok beserta dengan titik-titik napak tilasnya.

Sumber : Guru Made Dwijendra Sulastra.
Dok. Pesraman Teledu Nginyah Jembrana

Selasa, 20 Juli 2010

Pengabenan Bersama/Kolektif.



Maha Waga Bhujangga Waisnawa Kabupaten Jembrana akan mengadakan pengabenan bersama/kolektif yang puncak karyanya pada tanggal 15 September 2010 ( Buda Manis Wuku Dukut ). Persiapan pelaksanaan telah dimulai pada tanggal  18 Juli 2010 dimulai dengan rapat persiapan bertempat di  Gria Petamon, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara dengan menghadirkan pengurus Kemoncolan yaitu Moncol Maha Warga Bhujangga Waisnawa Guru Komang Wiasa,M.Si, Sekretaris Guru Putu Ngurah Wirawan, Guru Putu Gede Tumulia Esnawa, Ketua III Bidang Pelemahan Guru Kade Sarpa serta semua Kemancaan: Kemancaan    Melaya, Kemancaan Negara, Kemancaan Jembrana, Kemancaan Mendoyo dan Kemancaan Pekutatan serta Ida Bhujangga Rsi Widya Sara dan Ida Bhujangga Rsi Widya Sari Gria Petamon, Banjar Kebon, Kelurahan Baler Bale Agung sebagai narasumber. Acara rapat persiapan ini dipimpin oleh Guru Komang Wiasa, M.Si. Kegiatan pengabenan bersama/kolektif ini adalah merupakan Program Kemoncolan Maha Warga Bhujangga Waisnawa Kabupaten Jembrana tahun 2010 -2015 yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Terakhir pelaksanaan pengabenan serupa pada bulan September 2008. Dalam pengarahan yang disampaikan oleh Guru Komang Wiasa bahwa pengabenan bersama /kolektif ini bertujuan membantu para semeton yang kurang mampu sehingga dapat melaksanakan kewajiban kepada keluarga yang telah meninggal melalui upacara pengabenan ( Pitra Yadnya ). Dengan pelaksanaan pengabenan kolektif ini akan dapat menghemat biaya namun tidak mengurangi inti pelaksanaan  upacara pengabenan tersebut serta akan menyederhanakan upakara banten yang selama ini sangat memberatkan umat, apabila tidak ada sumber sastranya. Besarnya biaya yang dikeluarkan diperinci persawa sebagai berikut : untuk Mungkah sebesar Rp. 2.500.000,-, Mukur sebesar Rp. 2.000.000,-Nglungah sebesar Rp. 300.000,-, sedangkan yang khas pengabenan kali ini adalah melaksanakan upacara “ Pengepah Ayu “ akibat keguguran atau mengugurkan kandungan ( Dhanda Bharunana ) dengan umur kandungan mulai 2 minggu dengan biaya sebesar Rp. 200.000,-. Tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan pengabenan bersama ini juga dapat diikuti oleh para semeton Maha Warga bhujangga Waisnawa yang ada di luar Kabupaten Jembrana, dengan batas waktu pendaftaran tgl. 8 Agustus 2010. Disamping pembahasan mengenai pengabenan bersama/kolektif juga dibahas pula program Donatur Tetap. Program ini juga merupakan program kemoncolan Maha Warga Bhujangga Waisnawa Kabupaten Jembrana 2010 – 2015. Program ini bertujuan mengumpulkan dana yang nantinya akan dipergunakan untuk memelihara tetamian leluhur seperti : pura ( Beji Pura Jatiluwih, Beji Pura Teledu Nginyah ),  lontar – lontar, memelihara gria – gria yang ada, pembangunan fisik lainnya serta dana untuk menjalankan kegiatan organisasi. Besarnya dana yang dipuniakan tergantung kemampuan para semeton, yang diharapkan bukan besar kecilnya dana donasi tetapi yang paling penting adalah rasa turut memiliki dan bersama – sama ikut memelihara tetamian leluhur. Dana ini akan dipungut tetap setiap bulan dengan mengisi formulir yang telah disediakan.
Dok. Pesraman Teledu Nginyah- Jembrana.

Sabtu, 17 Juli 2010

Pura Puncak Terate Bang Perspektif Dunia Spiritual

Sebagaimana yang telah disampaikan dalam jejak perjalanan Ida Maharsi Madura di Seputaran Danau Beratan, dimana lokasi kebun raya bedugul merupakan lokasi pesraman agung Ida Rsi Madura dalam menuntun para pengikut beliau yang beraneka ragam supaya siap untuk hidup di pulau Bali, maka Ida Rsi Madura mengambil lokasi yang sekarang dikenal sebagai Pura Puncak Terate Bang sebagai lokasi tempat tinggal beliau dalam fungsi beliau sebagai guru besar pesraman agung danau beratan. Pesraman agung ini bukan hanya tempat untuk belajar ilmu pengetahuan, akan tetapi juga merupakan tempat ida rsi madura dalam mengajarkan ilmu kanuragan/kedigjayaan/bela diri untuk mempertahankan hidup pada jaman itu. Dalam fungsinya sebagai tempat belajar ilmu pengetahuan maka dilokasi pertapaan beliau yang sekarang dikenal dengan nama Pura Puncak Terate Bang, Ida Rsi Madura memuja Dewa Brahma dalam wujud sakti beliau yang dikenal dengan Dewi Saraswati sebagai dewinya ilmu pengetahuan. Disesuaikan dengan linggih/stana dari Dewa Brahma dan Dewi Saraswati yang bebentuk bunga Teratai Merah atau dalam bahasa bali disebut Terate Bang, maka Ida Rsi Madura menamakan Lokasi Pedukuhan/tempat tinggal beliau dengan sebutan TERATE BANG (yang artinya : Linggih Dewa Brahma Dalam Manifestasi Dewi Saraswati). Sehingga Pura Puncak Terate Bang merupakan pura yang dibangun sebagai tempat pemujaan kepada Dewa Brahma dan Dewi Saraswati sebagai dewanya ilmu pengetahuan. Di tempat inilah Ida Rsi Madura mengajarkan ilmu pengetahuan tentang kehidupan kepada para pengikut beliau. Sebagai pura pemujaan kepada Dewa Brahma maka seluruh atribut dalam pura ini didominasi oleh warna merah. Dalam fungsinya sebagai tempat belajar ilmu kanuragan/kedigjayaan/bela diri maka Ida Rsi Madura dan beberapa mpu pembuat keris yang menyertai beliau dari jawa juga mengajarkan ilmu pengetahuan membuat senjata kepada para murid beliau. Para murid beliau yang ahli dalam pembuatan keris ini beserta keturunannya inilah yang suatu saat nanti akan dikenal sebagai klan atau soroh Pande di Bali. Dikarenakan oleh Ida Madura tinggal dipedukuhan ini dikelilingi oleh teman dan murid-murid beliau yang membuat keris. Dan juga karena pura ini merupakan pemujaan kepada  Dewa Brahma yang juga merupakan Dewanya klan atau soroh Pande di Bali maka Pura Terate Bang ini juga dipakai sebagai salah satu napak tilas warga Pande di Bali. Pura Puncak Terate Bang terbagi menjadi 3 bagian yang saling bersebelahan secara horizontal. Bagian paling utara merupakan Pura Taman Beji. Dipura ini terdapat sumber air tawar yang tidak pernah kering bahkan mengalir seperti sungai kecil. Ini merupakan lokasi permandian dan sumber minum dari Ida Maharsi Madura pada jaman itu. Kemudian disebelah selatan dari pura Taman Beji ini atau Bagian yang ditengah-tengah merupakan Pura Penataran Terate Bang. Ditempat ini Ida Betara Lingsir Rsi Madura memberikan tuntunan ilmu pengetahuan tentang kehidupan kepada para murid beliau. Kemudian disebelah selatan dari Pura Penataran Terate Bang atau komplek pura paling selatan merupakan pura yang disebut dengan Pura Siwa Lingsir. Dari kata-kata SIWA yang di Bali identik dengan sebutan seorang pendeta, kita bisa tahu bahwa ditempat ini berstana seorang Pendeta atau yang disebut dengan Betara Lingsir di tanah Bali. Di Pura Siwa Lingsir ini merupakan lokasi tempat pertapaan Ida Maharsi Madura pada waktu beliau memuja Dewa Brahma sebagai Dewanya ilmu pengetahuan. Karena puja bakti yang begitu kuat oleh Ida Maharsi Madura maka Dewa Brahma berkenan bukan hanya memberikan anugerah ilmu pengetahuan akan tetapi juga berkenan memberikan anugerah yang lain yaitu munculnya tirta pingit dengan rasa nano-nano (asam, asin, manis jadi satu). Yang fungsinya sebagai obat untuk para pengikut beliau yang sakit. Pura Siwa Lingsir ini merupakan pura yang sangat pingit karena merupakan peyogan atau tempat pertapaan dari Ida Betara Lingsir Maharsi Madura dalam posisi beliau sebagai Kepala Pesraman Agung Beratan. Lewat tulisan ini dan juga beberapa tulisan tyang sebelumnya tentang Ida Rsi Madura, tyang juga ingin membuka wawasan semeton bhujangga akan konsep yang selama ini muncul bahwa rsi bhujangga merupakan Rsi Siwa Waisnawa. Konsep ini benar akan tetapi tidak menutup akan konsepsi rsi bhujangga yang lain. Ida Maha Rsi Madura merupakan seorang Brahma Rsi yaitu Rsi Pemuja Brahma. Beliaulah yang mengembangkan lebih lanjut tentang konsepsi brahma di tanah Bali yang dulu sudah ditanamkan lewat konsepsi pemujaan kepada TRI MURTI (BRAHMA, WISNU, SIWA) oleh Ida Maharsi Markandeya. Kemanapun beliau melangkah ditanah bali ini dan sempat bertempat tinggal ditempat tersebut pasti ditempat tersebut pada jaman sekarang ditempati oleh orang-orang yang bisa mengolah besi atau pada jaman ini dikenal dengan nama soroh atau klan Pande.
Sumber : Guru Made Dwijendra Sulastra – Denpasar.
Doc. Pesraman Teledu Nginyah Jembrana.

Ida Maharsi Madura dan Perjalanan Beliau di Seputaran Danau Beratan.

Menurut Raja Purana Pura Puncak Pengungangan, Bedugul. Menyebutkan tentang perjalanan Ida Rsi Madura dengan diiring sekitar 400-800 orang pengikut beliau datang dari jawa ke daerah seputaran Danau Beratan untuk melakukan pertapaan dan untuk membangun tempat-tempat suci. Begitu juga seperti tersebut dalam Bhuana Tattwa Rsi Markandeya, dimana dinyatakan bahwa Ida Rsi Madura memperistri anak dari Ida Dalem Tamblingan yang bernama Ida Dewa Ayu Sapuh Jagat. Dari dua sumber tertulis ini dapat ditelusuri bahwa Ida Rsi Madura pernah lama bertempat tinggal di daerah seputaran Bedugul. Di seputaran tempat ini, beliau banyak membangun tempat suci atau pura yang banyak mengadopsi arsitektur Jawa disesuaikan dengan tempat kelahiran dan asal Ida Rsi Madura yaitu dari daerah Madura. Pura-pura ini kalau kita telusuri dari daerah selatan adalah Pura Puncak Sari, Pura Puncak Kayu Sugih, Pura Puncak Pengungangan, Pura Batu Meringgit, Pura Puncak Terate Bang (Pura Puncak Bukit Tapak), Pura Penataran Beratan, Pura Candi Mas, Pura Puncak Rsi, Pura Puncak Taman Sebatu (Pura Ulun Danu Beratan yang asli). Pura-pura ini terletak diseputaran Danau Beratan. Kemudian di Danau Buyan beliau membangun Pura Ulun Danu Buyan. Di samping di seputaran Danau Beratan dan Banau Buyan,  pada jaman itu beliau juga memugar dan memperbaiki serta menandai pura-pura diseputaran Danau Tamblingan seperti Pura Ulun Danu Tamblingan, Pura Pengubengan, Pura Endek, Pura Dalem Tamblingan, Pura Tirta Mengening, Pura Puncak Lesung, Pura Naga Loka. Inilah sekilas jejak perjalanan Ida Betara Lingsir Rsi Madura di daerah seputaran Danau Beratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan.Berikut ini penulis akan coba memaparkan lebih jauh tentang perjalanan Ida Maharsi Madura dari seputaran danau beratan (Sumber : Pewisik Niskala). Ida Rsi Madura merupakan seorang Maharsi sakti yang berasal dari tanah Jawa. Beliau merupakan kombinasi antara karakter seorang brahmana dan ksatria. Dulu di India karakter ini dimiliki oleh salah satu dari 10 awatara dari Dewa Wisnu yaitu Parasu Rama Awatara. Parasu Rama merupakan seorang brahmana yang terlahir sebagai anak dari Rsi Jamadagni. Meskipun beliau terlahir sebagai seorang brahmana akan tetapi karakter utama yang muncul dalam diri beliau justru sifat seorang ksatria, dimana kemana-mana beliau membawa kapak dan memerangi para ksatria yang berbuat tidak adil di muka bumi ini. Bgitu juga Ida Betara Lingsir Rsi Madura. Beliau terlahir sebagai putra dari Ida Maharsi Sunia Murti. Dari kecil beliau dibentuk dengan karakter seorang brahmana, akan tetapi semakin mendekati dewasa, justru sifat ksatria yang semakin jelas kelihatan dari diri beliau. Beliau sangat senang berkelahi terutama untuk membela kaum yang tertindas. Beliau sangat senang bertapa untuk mendapatkan wahyu ilmu kedigjayaan. Sampai suatu saat beliau mendapatkan pusaka keris dari hasil bertapa beliau pada waktu remaja mendekati dewasa di pesisir pantai Madura. Semenjak saat itu ida Maharsi Madura tidak pernah terpisahkan dengan keris seumur hidup beliau. Beliau merupakan satu-satunya pendeta brahmana yang setiap saat menyelipkan keris dipinggang beliau. Karena kesaktian beliau yang sangat tinggi, sehingga banyak orang yang berguru kepada beliau. Salah satu murid beliau adalah Arya Wiraraja, yang nantinya akan menjadi penguasa pulau Madura. Ketika Raden Wijaya meminta bantuan kepada Arya Wiraraja untuk membantu menumbangkan kerajaan kedirinya Jaya Katwang, Ida Rsi Madura juga yang memberikan petunjuk-petunjuk perang, bekal-bekal aji kesaktian sehingga akhirnya pasukan Raden Wijaya dan pasukan Arya Wiraraja dibantu oleh pasukan dari negeri Cina bisa menumbangkan pemerintahan Jaya Katwang. Hingga akhirnya Majapahit berdiri. Setelah Majapahit berdiri beliau ditawarkan jabatan untuk menjadi kepala pendeta kerajaan Majapahit, akan tetapi beliau menolak karena pada waktu itu beliau mendapat wahyu dari leluhur beliau Ida Maharsi Markandeya untuk datang ke pulau Bali, melakukan suatu tugas suci membangkitkan tempat-tempat suci serta memperkuat pondasi keagamaan di Bali. Pada waktu keberangkatan beliau dari Jawa menuju Bali beliau banyak diiringi oleh para pengikut beliau, terutama disertai oleh beberapa para mpu pembuat keris yang memang sengaja diajak ikut oleh Ida Rsi Madura untuk membuatkan beliau keris-keris, baik untuk pribadi maupun untuk persenjataan disepanjangan perjalanan. Pada waktu itu belum ada klan atau soroh Pande di Bali. Para pembuat keris yang diajak oleh Ida Rsi Madura beserta para keturunannya inilah yang kelak akan dikenal sebagai klan atau soroh pande di Bali. Singkat cerita sampailah pada perjalanan beliau di daerah seputaran Danau Beratan, disini pertama beliau bermalam di daerah yang sekarang menjadi lokasi pura Penataran Beratan. Karena dinginnya kondisi alam membuat beliau dan para pengikutnya cukup sulit untuk bisa beradaptasi, kemudian beliau mencari tempat yang cocok untuk bersemedi serta untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan alam diseputaran Danau Beratan. Kemudian beliau berjalan ke arah selatan dan sampai dilokasi Pura Puncak Pengungangan. Disini beliau bertapa di atas sebuah batu bundar yang sampai sekarang masih ada di pura itu. Di sini beliau memuja kekuatan trimurti dengan mengucapkan japa mantra.. OM ANG UNG MANG OM..berulang kali, mendengar doa pemujaan Ida Rsi Madura yang begitu tulus dan murni maka salah satu Dewa Tri Murti yaitu Dewa Brahma berkenan turun di puncak bukit yang berhadapan dengan  lokasi bertapa Ida Rsi Madura ini. Dari atas puncak bukit itu mengalir udara hangat sehingga Ida Rsi Madura dan para pengikut beliau bisa selamat dari bahaya cuaca ekstrim yang sangat dingin pada waktu itu. Lokasi tempat Ida Maharsi Madura bertapa memuja kekuatan Sanghyang Tri Murti itu sekarang dikenal dengan nama Pura Puncak Pengungangan. Dimana kata pengungangan itu berasal dari kata ANG UNG  MANG. Puncak bukit dimana Dewa Brahma berkenan turun untuk memberkati doa Ida Rsi Madura, sekarang dikenal dengan nama Bukit Puun. Kenapa dinamakan Bukit Puun, karena khusus hanya di bukit ini, setiap beberapa tahun sekali pasti terjadi kebakaran di puncak bukitnya, sesuatu yang seharusnya sangat susah terjadi di daerah dengan cuaca dingin dan berkabut setiap hari seperti di daerah Bedugul. Akan tetapi menurut beliau hal itu terjadi untuk mengingatkan warga masyarakat di Bedugul bahwa puncak bukit itu dahulu pernah di pake Dewa Brahma untuk menurunkan kehangatan di daerah seputaran Danau Beratan sehingga manusia bisa bertempat tinggal dan hidup menetap ditempat itu. Dan anehnya, setiap kali terjadi kebakaran di puncak Bukit Puun maka apinya sangat susah untuk dipadamkan. Apinya baru bisa dipadamkan  jika masyarakat mau berkaul dan melakukan pemujaan di batu bundar tempat bertapa Ida Rsi Madura, setelah itu pasti turun hujan lebat bisa sampai berhari-hari, barulah kebakaran di atas puncak bukit itu bisa padam. Selama bertapa di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Pura Puncak Pengungangan, beliau juga membangun Pura Puncak Sari dan Pura Puncak Kayu Sugih, dimana pada tempat ini dipuja sakti dari istri-istri beliau. Setelah beliau dan para pengikut beliau mulai bisa beradaptasi dengan cuaca di seputaran Danau Beratan, barulah beliau memutuskan untuk menetap untuk beberapa waktu yang cukup lama diseputaran daerah itu. Mulailah kehidupan sosial masyarakat berkembang di daerah Bedugul. Sesuai dengan petunjuk Ida Sanghyang Jagatnata ( Ida Maharsi Markandeya). Beliau mulai menata daerah tersebut. Karena sudah mulai ada kehidupan sosial, maka mulailah diperlukan Pasar ( ekonomi ), Sekolah/Pesraman ( Tempat pendidikan dan pengobatan ), Tempat Pertapaan dll. Lokasi pasar jaman itu sekarang dikenal dengan Pura Candi Mas. Lokasi Pesraman Agung jaman itu tempat untuk mendidik manusia supaya siap untuk menghadapi hidup dunia nyata berada di lokasi Kebun Raya Bedugul. Lokasi pesraman agung Ida Rsi Madura di Kebun Raya Bedugul ini dibagi menjadi tiga, yaitu tempat tinggal para murid pesraman, tempat tinggal para guru yang dipimpin oleh Ida Maharsi Madura, dan tempat berlatih para murid.  Lokasi tempat tinggal para murid pada jaman itu sekarang dikenal dengan nama Pura Batu Meringgit dan Lokasi tempat tinggal Ida Maharsi Madura dan para guru lainnya sekarang dikenal dengan Pura Puncak Terate Bang. Sedangkan areal tempat latihan dari pesraman agungnya adalah lokasi yang dikenal sekarang ini dengan nama Kebun Raya Bedugul. Untuk areal pemukiman penduduk pada jaman itu adalah dari areal Pura Candi Kuning sampai seputaran areal Pura Puncak Pengungangan. Setelah membangun tempat-tempat untuk perkembangan kehidupan dunia nyata. Kemudian Ida Maharsi Madura, mencari tempat untuk bertapa dalam rangka peningkatan kehidupan spiritual beliau dan para pengikut beliau. Berdasarkan petunjuk dari Ida Maharsi Markandeya yang telah lebih dahulu menapak tempat itu pada jaman sebelumnya, lokasi yang dipilih ada bagian utara dan timur dari danau beratan. Tempat bertapa beliau adalah di Puncak Gunung Beratan yang jaman sekarang dikenal dengan nama Puncak Mangu ( terkait dengan pendiri kerajaan mengwi pernah bertapa disana ) atau dikenal sekarang ini dengan nama lain Puncak Tinggan karena salah satu sisi gunung ini berada di desa tinggan. Selesai bertapa disini beliau akan turun untuk mengajarkan semua wahyu yang beliau dapatkan kepada para murid yang ingin meningkatkan kehidupan rohani menjadi seorang pendeta dan menuntut ilmu pengetahuan rohani yang jaman sekarang dikenal dengan Brahma Widya. Lokasi Pesraman tempat pembentukan para calon pendeta ini sekarang dikenal dengan Pura Puncak Resi, karena tempat ini merupakan tempat para rsi memohon tuntunan spiritual kepada beliau. Disebelah timur pura puncak rsi ini berstana sakti beliau dan pura ini bernama Pura Puncak Taman Sebatu yang merupakan pura ulun danu beratan yang sebenarnya. Inilah sekilas informasi tentang perjalanan Ida Maharsi Madura diseputaran Danau Beratan. Mudah-mudahan informasi ini bisa berguna untuk para semeton sareng sami terutama para semeton yang masih mau meluangkan waktu untuk menapak tilas perjalanan Ida Maharsi Madura sebagai leluhur orang Bhujangga.

Sumber : Guru Made Dwijendra Sulastra – Denpasar.
Doc. Pesraman Teledu Nginyah Jembrana.

Jumat, 09 Juli 2010

SUDARSANA YOGA CENTRE

Sudarsana Yoga Centre milik Ida Bhujangga Rsi Hari Anom Palguna  Gria Batur Tegalcangkring telah diperkenalkan dan diresmikan pemanfaatannya pada tanggal 8 Juli 2010, ritual upacara pemelaspas sendiri telah dilakukan pada  tanggal 6 Juli 2010. Hadir pada kesempatan tersebut sejumlah undangan antara lain perwakilan beberapa sulinggih yang ada di Kabupaten Jembrana, Ketua PHDI Kabupaten Jembrana bapak I Ketut Semaraguna,BA, Drs. I Komang Wiasa, M.Si selaku Moncol Maha Warga Bhujangga Waisnawa Kabupaten Jembrana, Bendesa Pekraman Tegalcangkring Guru Nyoman Sudiana, Para Kelian adat  pekraman Tegalcangkring, praktisi yoga bapak I Gusti Ngurah Panji Tisna ,para peserta yoga baik dari desa Tegalcangkring sendiri maupun rombongan  peserta yoga dari Denpasar. Dalam sambutannya Ida Bhujangga Rsi Hari Anom Palguna sebagai pemilik yoga centre ini dan satu – satunya yang ada di Kabupaten Jembrana , menyampaikan secara kronologis melatarbelakangi berdirinya “ Sudarsana Yoga Centre “ ini, setelah Ida Rsi bertemu dan mendapatkan pengakuan serta restu  dari maharsi guru deva Sri Sri Sangker dari India sebagai pemilik utama yoga ini. Ida Rsi mengharapkan agar semua umat  dapat mengikuti kegiatan yoga ini tanpa membedakan agama apapun, karena kegiatan yoga ini murni untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan. Dalam sambutannya Ketua PHDI Kabupaten Jembrana mengatakan bahwa gria bukan saja untuk umat nunas yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan tetapi sangat cocok juga sebagai tempat latihan yoga karena keduanya saling melengkapi, disamping kita harus sehat rohani melalui kegiatan agama tetapi badan kita harus dapat terpelihara dengan baik melalui latihan yoga, ditegaskan harus ada keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani dalam hal ini beliau mencontohkan slogan “ di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang  sehat “. Disamping itu Ketua PHDI juga memuji inovasi yang dikembangkan oleh Ida Bhujangga Rsi Anom Palguna dengan mendirikan yoga centre ini. Guru I Komang Wiasa, M.Si selaku Moncol Maha Warga Bhujangga Waisnawa dalam sambutannya menyampaikan bahwa tugas utama dari parisentana bhujangga wasinawa adalah memelihara alam, termasuk didalamnya memelihara  kesehatan diri sendiri. Memelihara diri sendiri  dapat dilakukan dengan berlatih gerakan yoga. Pada bagian akhir sambutannya Guru Komang Wiasa,M.Si menitipkan kepada para peserta yoga dan umat agar gria dan yoga centre ini dapat dimaanfaatkan sebaik mungkin, gria bukan saja untuk umat mendiskusikan kegiatan keagamaan tetapi gria juga agar dapat difungsikan untuk kegiatan lain seperti berlatih yoga dan sebagainya. Pada bagian akhir Guru Komang mengharapkan agar yoga centre ini  dapat memberikan manfaat. Pada kesempatan tersebut juga dijelaskan banyak hal tentang yoga serta diperagakan latihan dasar yoga oleh I Gusti Ngurah Panji Tisna seorang praktisi yoga.
Doc. Pesraman Teledu Nginyah Jembrana.